BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pembelajaran di sekolah seorang guru memang harus menciptakan
pembelajaran yang holistik sesuai dengan perkembangan anak. Guru mengajar tidak
hanya membangun anak untuk pintar saja, tetapi bagaimana membangun karakter
anak yang baik yang dapat berguna atau bermanfaat untuk lingkungan atau
kehidupannya. Disinilah tugas guru mengarahkan atau menunjukkan informasi
kepada anak. Dengan pembelajaran terpadu kualitas pendidikan dasar dapat
diperbaiki, terutama untuk mencegah penjejalan kurikulum dalam proses
pembelajaran di sekolah.
Menurut Prabowo (2000: 2), Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan
belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar
mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna
pada anak. Arti bermakna disini karena dalam pembelajaran terpadu diharapkan
anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari
dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
sudah mereka pelajari.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang
memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik
(Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori
pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan
dan struktur intelektual anak.
Sebenarnya sudah lama guru telah mempraktikkan konsep pembelajaran
terpadu. Misalnya di Taman Kanak-kanak anak
selalu belajar menggunakan tema jadi disebut pembelajaran tematik dan pada guru
di Sekolah Dasar mengenal dengan istilah pembelajaran unit. Yang sebenarnya
kedua istilah di atas yaitu tematik dan unit merupakan pembelajaran terpadu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ciri-ciri Pembelajaran
Pembelajaran atau mengajar adalah upaya guru untuk mengubah tingkah laku
siswa. Hal ini disebabkan karena pembelajaran adalah upaya guru untuk supaya
siswa mau belajar. Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah laku siswa.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa mengajar bukan upaya guru untuk
menyampaikan bahan, tetapi bagaimana siswa dapat mempelajari bahan sesuai
dengan tujuan.
Apabila dilihat dari arti belajar pada Bab I, yang menyatakan bahwa
perubahan yang dimaksud dengan belajar adalah perubahan yang konstan, berbekas,
dan menjadi milik siswa, maka dalam belajar siswa mengalami proses dan
meningkatkan kemampuan mentalnya. Dengan demikian maka mengajar haruslah
mengatur lingkungan agar terjadi proses belajar mengajar dengan baik. Dari
pengertian tersebut mengajar mempunyai dua arti, yaitu:
Ø
Menyampaikan pengetahuan kepada siswa, dan
Ø
Membimbing siswa.
Dua arti belajar di atas menunjukkan bahwa pelajaran lebih bersifat
pupil-centered, dan guru berperan sebagai meneger of learning. Hal ini
membedakan dengan mengajar dalam arti menanamkan pengetahuan, yang biasanya
pelajaran bersifat teacher-centered.
Mengajar yang berarti menanam pengetahuan, tujuannya adalah penguasaan
pengetahuan anak. Anak dianggap pasif, dan gurulah yang memegang peranan utama.
Kebanyakan ilmu pengetahuan diambil dari buku pelajaran yang tidak dihubungkan
dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran serupa ini disebut
intelektualitas, sebab menekankan pada segi pengetahuan.
Hal di atas berbeda dengan pengertian belajar: “suatu aktivitas mengatur
dan mengorganisasi lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
sehingga terjadi proses belajar”. Perbedaan itu ditunjukkan pada mengajar di
sini adalah usaha dari pihak guru untuk mengatur lingkungan, sehingga terbentuk
suasana yang sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar. Artinya yang belajar
adalah anak itu sendiri dan berkat kegiatannya sendiri, sedangkan guru hanya
dapat membimbing anak. Dalam membimbing tersebut guru tidak hanya menggunakan
buku pelajaran semata, tetapi dimanfaatkannya segala faktor dalam lingkungan,
termasuk dirinya, alat peraga, lingkungan, dan sumber-sumber lain.
Uraian di atas memberikan batasan-batasan yang benar tentang mengajar,
yaitu:
Mengajar adalah
membimbing aktivitas anak. Artinya yang belajar adalah anak sendiri, sedangkan
tugas guru adalah mengatur lingkungan dan membimbing aktivitas anak. Jadi yang
aktif adalah siswa, dan bukan sebaliknya.
Mengajar berarti membimbing pengalaman anak. Pengalaman adalah proses dan
hasil interaksi anak dengan lingkungan. Jadi interaksi dengan lingkungan itulah
yang dinamakan belajar. Dari pengalaman, anak memperoleh pengertian-pengertian,
sikap, penghargaan, kebiasaan, kecakapan, dan lain sebagainya. Lingkungan jauh
lebih luas dibandingkan dengan buku dan kata-kata guru. Seluruh lingkungan anak
adalah sumber belajar, untuk itu pelajaran hendaknya dihubungkan dengan
kehidupan anak dalam lingkungannya.
Mengajar berarti membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri kepada
lingkungan. Artinya mengajar adalah mengantarkan anak agar bakatnya berkembang.
Sedangkan membantu anak untuk supaya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
dapat diupayakann dengan memberikan pelajaran yang berfungsi dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini agar lebih sanggup mengatasi masalah-masalah dalam
kehidupannya. Dengan upaya tersebut diharapkan anak dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, termasuk lingkungan sosialnya. Ia harus belajar berpikir,
merasa, dan berbuat sesuai dengan norma-norma lingkungan. Sedangkan tafsiran
yang kurang tepat tentang mengajar antara lain:
ü
Mengajar adalah menyuruh anak untuk menghafal.
ü
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan.
Seluruh rangkaian penjelasan tentang mengajar di atas menunjukkan bahwa
yang dimaksud dengan mengajar di sini adalah juga termasuk di dalamnya
mendidik. Jadi bukan saja mentransfer pengetahuan, tetapi juga membimbing ke
arah norma yang benar. Atau dapat dikatakan bahwa mengajar atau pembelajaran
adalah aktivitas mengatur lingkungan, sehingga terjadi proses belajar. Untuk
itu dalam pembelajaran perlu adanya komponen-komponen pendukung dengan tujuan
supaya proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Komponen pembelajaran secara garis besar terdiri dari:
1.
Tujuan.
2.
Bahan.
3.
Metode dan media
pembelajaran.
4.
Penilaian.
B. Jenis-jenis Pembelajaran
- Jenis belajar berdasarkan cara mengorganisasi siswa.
Jenis pembelajaran dapat ditentukan dari cara mengorganisasi siswa
ataupun dari pendekatan pembelajarannya. Berdasarkan cara mengorganisasi siswa,
ada 3 cara yang dapat dilakukan guru dalam mengelola siswa, supaya pembelajaran
berjalan efektif dan efisien. Tiga cara tersebut adalah:
- Pembelajaran secara individual.
- Pembelajaran secara kelompok.
- Pembelajaran secara klasikal
- Pembelajaran secara individual
Pembelajaran secara individual adalah kegiatan pembelajaran yang menitik
beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu.
Pemberian bantuan dan bimbingan secara individual dapat dilakukan pada
pembelajaran individual ataupun pembelajaran klasikal. Pembelajaran individual
dalam pembelajaran individual dengan cara guru memberi bantuan pada
masing-masing pribadi, sedangkan bantuan individual dalam pembelajaran klasikan
dengan cara guru memberi bantuan individu secara umum. Contohnya misalnya siswa
diminta untuk membaca dalam hati pada pokok bahasan tertentu.
Tujuan pembelajaran individual adalah:
Memberi kesempatan dan keleluasaan siswa untuk belajar berdasarkan
kemampuan sendiri. Pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal.
Kedudukan siswa dalam pembelajaran individual adalah: Keleluasaan belajar
berdasarkan kemampuan sendiri. Kebebasan menggunakan waktu belajar. Keleluasaan
dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar dalam rangka
mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
a)
Siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar.
b)
Siswa dapat memiliki kesempatan untuk menyusun program
belajar sendiri.
c)
Kedudukan guru dalam pembelajaran individual adalah
membantu dalam:
Perencanaan kegiatan belajar, dengan cara antara lain membantu menetapkan
tujuan belajar, membuat program sesuai dengan kemampuan siswa, merencanakan
pelaksanaan belajar, dan membantu siswa untuk melihat kemajuan. Dalam kegiatan
ini guru berperanan sebagai penasihat atau pembimbing.
Pengorganisasian kegiatan belajar. Dalam pengorganisasian ini guru berperan
sebagai pengatur dan memonitor semua kegiatan dengan cara: (1) memberi
orientasi umum sehubungan dengan belajar topik tertentu, (2) membuat variasi
belajar supaya tidak menimbulkan kebosanan, (3) mengkoordinasikan kegiatan
dengan memperhatikan kemajuan, materi, dan sumber, (4) membagi perhatian pada
sejumlah siswa, menurut tugas dan kebutuhan siswa, (5) memberi balikan terhadap
setiap siswa, dan (6) mengakhiri kegiatan belajar dalam suatu unjuk hasil
belajar.
Penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa bertujuan untuk
menimbulkan perasaan bebas dalam belajar. Dilakukan dengan cara antara lain:
(1) membuat hubungan akrab dan peka terhadap kebutuhan siswa, (2) mendengarkan
secara simpatik terhadap segala ungkapan jiwa siswa, (3) tanggap dan memberi
reaksi positip terhadap siswa, (4) membina suasana aman sehingga siswa bebas
mengemukakan pendapat.
Fasilitator yang mempermudah belajar, dengan tujuan untuk mempermudah
proses belajar. Cara yang dapat dilakukan antara lain: (1) membimbing siswa
belajar, (2) menyedia media dan sumber belajar, (3) memberi penguatan belajar,
(4) menjadi teman dalam mengevaluasi keberhasilan, (5) memberi kesempatan siswa
untuk memperbaiki diri.
a)
Kelemahan pembelajaran individual adalah:
§
Bila jumlah siswa banyak maka pembelajaran ini
kurang efisien, karena akan melelahkan guru.
§
Tidak semua bidang studi atau pokok bahasan
sesuai diorganisasi dengan pembelajaran ini.
b)
Pembelajaran ini dapat efektif bila:
§
Disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
siswa.
§
Tujuan pembelajaran dibuat dan dimengerti siswa.
§
Prosedur dan cara kerja dimengerti siswa.
§
Kriteria keberhasilan dimengerti siswa.
§
Keberhasilan guru dalam evaluasi dimengerti oleh
siswa.
C. Pembelajaran secara kelompok
Pembelajaran kelompok adalah pembelajaran dengan cara kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok, antara 3-8 orang. Penekanan pembelajaran ini pada
peningkatan kemampuan individu sebagai anggota kelompok.
Tujuan pembelajaran kelompok adalah: Memberi kesempatan kepada setiap
siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional.
1.
Mengembangkan sikap sosial dan bergotong royong.
2.
Tiap anggota mempunyai tanggung jawab terhadap
kelompok.
3.
Mengembangkan kemampuan memimpin.
4.
Kedudukan siswa dalam kelompok adalah:
5.
Tiap siswa merasa sadar diri sebagai anggota kelompok.
6.
Tiap siswa merasa diri memiliki tujuan bersama berupa
tujuan kelompok.
7.
Memiliki rasa saling membutuhkan dan saling tergantung.
8.
Ada
interaksi dan komunikasi antar anggota.
9.
Ada
tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok.
Pada peran guru dalam pembelajaran kelompok adalah:
Pembentukan
kelompok. Pertimbangan dalam pembentukan kelompok adalah: tujuan yang akan
diperoleh siswa dalam kelompok, latar belakang pengalaman siswa, minat atau
pusat perhatian siswa.
Perencanaan tugas kelompok. Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
adalah untuk menentukan bentuk tugas. Tugas yang diberikan dalam kelompok ada
dua macam, yaitu: (1) dengan paralel, (2) dengan komplementer. Tugas kelompok
paralel berarti semua kelompok mempunyai tugas yang sama. Sedangkan tugas
komplementer bearti masing-masing kelompok mempunyai tugas yang berbeda.
Tujuannya untuk saling melengkapi dalam pemecahan masalah.
Pelaksanaan. Tugas guru dalam tugas kelompok antara lain: (1) memberi
informasi umum tentang pelaksanaan diskusi, (2) saat siswa berdiskusi tugas
guru sebagai fasilitator, (3) pada akhir diskusi guru berperanan sebagai
evaluator terhadap hasil diskusi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pembelajaran atau mengajar adalah
upaya guru untuk mengubah tingkah laku siswa. Hal ini disebabkan karena
pembelajaran adalah upaya guru untuk supaya siswa mau belajar. Sedangkan
belajar adalah perubahan tingkah laku siswa.
Jenis pembelajaran dapat ditentukan dari cara mengorganisasi siswa
ataupun dari pendekatan pembelajarannya. Berdasarkan cara mengorganisasi siswa,
ada 3 cara yang dapat dilakukan guru dalam mengelola siswa, supaya pembelajaran
berjalan efektif dan efisien. Tiga cara tersebut adalah:
- Pembelajaran secara individual.
- Pembelajaran secara kelompok.
- Pembelajaran secara klasikal
Pembelajaran kelompok adalah pembelajaran dengan cara kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok, antara 3-8 orang. Penekanan pembelajaran ini pada
peningkatan kemampuan individu sebagai anggota kelompok.
Tujuan
pembelajaran kelompok adalah: Memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional.